Antologi Kisah dari Hutan (Poetry Prairy Literature Journal, Desember 2015)
Pohon Rindu
pohon rindu itu tumbuh subur
meski hujan yang kau janjikan tak pernah mengguyur
musim kemarau hanyalah ancaman
yang tak bisa merobohkan pohon rindu yang menjulang
kini, telah kusiapkan sebuah keranjang
untuk menampung buah pertemuan
yang bergantungan di setiap dahan
Sumenep, Januari 2015
"Minggu Pagi" pada 4 Januari 2015
Doa Seorang Nelayan
di setiap tetesan hujan aku berzikir
dalam kilatan halilintar aku bertakbir
dan di antara air pasang yang berkejaran aku
bertahlil
aku adalah nelayan
yang tak pernah lelah menanti ikan datang
meski nyawa dipertaruhkan
sebab, banjir airmata istri dan anakku lebih
menakutkan
daripada hantaman gelombang
Yogya, Desember 2014
Kalender Baru
kalender itu sudah lusuh
tanggal-tanggal yang ada di dalamnya runtuh
jatuh, berceceran di lantai waktu
tak ada lagi nama hari
matahari padam
rembulan datang tanpa sinar
yang tersisa hanyalah kelam
kelam,
tak ada cahaya kunang-kunang
kunang-kunang tak lagi ada lagi di kalender yang kelam
kunang-kunang pergi ke kalender baru
kalender yang bersinar
sinarnya lebih terang dari sinar kunang-kunang
Yogya, 2009 - 2014
Menangis
ya, tumpahkanlah airmatamu
selagi di setiap tetesnya kau menyebut nama-Nya
Batu Nisan
pergilah merantau
sebab, batu nisan akan tetap setia menanti setiap
kepergian
Puisi Secangkir Kopi
-buat penyair
yang sedang menikmati kopi di kedai kopi
kopi adalah imajinasi
bagi penyair yang menikmati
rasa manis adalah sebuah diksi
yang ia ambil dari senyum sang kekasih
cangkir hanyalah umpama
untuk menampung sekumpulan kata
yang melebur dalam ampas dan gula
Dua Makna Pagi
1/
pagiku adalah segelas susu
yang selalu dipersiapkan ibu di masa kecilku
2/
pagi adalah ketika kakek pergi ke sawah
untuk memperpanjang nafas kami
Engkau I
engkau menjelma hujan
membasahi hati yang gersang
jangan pernah lelah mengguyur
biar ia kembali subur
Engkau II
hujan adalah musik
yang menyatukan petikan gitarku
dengan suara merdumu