Desember II
Gempita rindu
menggema dalam sajak-sajakku
Engkau yang saban
malam dilukis waktu
Selalu
melahirkan suara-suara baru
Diamanakah kita
akan bertemu sayangku?
Aku ingin
memusikanmu sebentar, sementara kau cukup diam dan mendengarkan saja
Aku akan
berpuisi perihal malam dengan lampu-lampu kota yang saling kecup dimatamu
Juga perihal
sunyi yang bersembunyi di bibirmu
Duh, Desember
Rindu sudah
ranum dalam jiwa
Aku ingin kau
memakannya
Tanpa sisa.
Yogyakarta
2015
Terminal Bungurasih
Di terminal ini
Kita telah berhasil melipat jarak, rindupun tak lagi bergerak
Malam
menginjakkan kakinya di pelupuk matamu
Kita beradu
pandang, kunang-kunang berhamburan dalam matamu.
Fa, di terminal
ini, ajari aku melihat yang benar, sebab segala yang aku lihat adalah engkau
ajari aku
mendengar yang baik, sebab setiap yang aku dengar adalah suara syahdumu
dan ajarilah aku
mencium yang baik, karena setiap angin
yang datang hanya aroma tubuhmulah yang aku rasakan.
Di terminal ini
Fa
Sunyi yang
menyala
Di sepanjang
jalan tol dalam hatiku
Telah di
padamkan oleh senyum.
yogyakarta 2015
Wajah Hujan
Hujan yang turun
menggoda kopiku waktu itu
Mirip denganmu
Aku terkesima
padanya
Ia berkerudung
hitam
Bertubuh bening
dan berjubah gilgil
Wajahnya cantik
sekali
Tapi
secantik-cantinya hujan
Yang selalu
berhasil mengambil hati daun-daun
Ia tidak akan
bisa menundukkan puisi di pelupuk matanya
seperti engkau
yang membuat puisi-puisiku bersimpuh di bawah matamu.
Hujan memang
air, tapi belum tentu sebasah senyummu
Yang menyentuh
hati bukan?
yogyakarta 2015